“kamu, kalo d tawarin maen film lagi, mau nggak?” tanya andy noya kepada pemeran andrea hirata ketjil.
“tergantung” jawabnya.
“tergantung apa?”
“diijinin sama bapak ibu atau tidak”
pufh,.. sempat terlintas ‘tergantung bayarannya’ atau ‘tergantung critanya ato sutradaranya’. sebelum jawaban terakhir, beberapa pemirsa studio yang terlihat senyam-senyum & bisak-bisik, bisa jadi mempunyai pemikiran yang sama. ‘wah anak ini udah jual mahal rupanya.’ tapi emang dasar manusia, sukanya suudzon 😦 . begitu mendengar jawaban jujurnya, langsung otak ini teringat sama mom ma (alm) bapak, berapa kali diriku tidak nurut nasehatnya!?
***
“saya seneng bisa maen layar lebar, meski saya tidak tau layar lebar itu apa”
antara terdiam dan tersenyum, begitu aku dengar kesan pesan salah satu pemainnya. terdiam membayangkan betapa terbelakangnya (ato karena masih kecil?) kampung andrea. tersenyum melihat kepolosan artis² alami belitong.
***
“itu tadi dimana yah? kapan?” tanya bu muslimah setelah penayangan slide yang mengambarkan sebuah sekolah yang d bangun dari papan kayu dan sebagian atapnya bolong², entah terbang kemana. begitu juga sekat antara kelas yang satu dengan yang lain tampak sudah tidak utuh, papan kayunya entah kemana. sementara gurunya mengajar dengan bayaran hasil bumi yang seikhlas orangtua muridnya
“itu baru minggu kemarin materinya saya terima bu” jawab andy noya.
“masih ada yah kayak gitu? lha selama ini yang di bilang pembangunan itu apa?” tanyanya agak getir, nada suaranya melemah. sementara, penonton di studio justru tersenyum mendengar jawaban itu.
pertanyaan yang sepele, namun entah kapan bisa terjawab solusinya. semoga rencana anggaran pendidikan 2009 yang katanya 20% dari apbn bisa bener² menjawabnya,.. amin!